Mungkin cinta dan kopi tak ada sangkut pautnya sama sekali. Namun, filosofi tentang mereka sangat menarik untuk saya bahas.
Cinta,
suatu perasaan yang menimpa semua orang tanpa pandang usia, harta,
cantik, ganteng, tanpa pandang agama dan semuanya. Cinta membuat kita
seakan mabuk kepayang, tak bisa memandang mana yang salah dan mana yang
benar. Namun, mengapa cinta itu selalu berkaitan dengan keterbalikan?
Cinta kadang dihiasi penuh suka, senang, tawa, bahagia. Tapi kenapa
harus diikuti dengan tangisan derai air mata, kesedihan, luka dan duka.
Cinta itu penuh warna, ya begitu mungkin kata orang tentang satu kata
itu.
Begitu
pula dengan kopi, ada beberapa macam tentang kopi. Seperti kopi hitam,
cappucino, espresso, white coffee, dan masih beragam. Namun, setiap
macam itu mempunyai karakter tersendiri. Contohnya kopi hitam, sangat
sedikit peminat untuk kopi ini. Rasanya yang begitu pahit sangat tidak
disukai. Penyajian pun kadang menentukan minat para coffe lovers. Ada
yang memadukan kopinya dengan gula, takarannya pun berbeda setiap orang.
Sama
halnya cinta, setiap orang merasakannya dengan perbedaan. Tak tentu aku
denganmu itu bisa sama, tak tentu pula kamu dengan saudara kembarmu
sama. Seperti kopi hitam, sepahit apapun itu rasanya, namun bagi para
pecinta kopi hitam, itu adalah kopi andalan mereka. Itu adalah kopi
favorit mereka, kopi yang terbiasa ia minum. Cinta sepahit apapun itu
cinta jika yang menjalaninya penuh keterbiasaan dan kepercayaan cinta
tetaplah cinta. Sesakit apapun engkau dilukai oleh orang itu, namun kau
tetap mencintainya.
Seperti
penyajiannya, cinta pun punya penyajian yang berbeda-beda antara insan
satu dengan lainnya. Ada yang penuh keromantisan, namun ada pula yang
hanya berpaku pada komitmen dan keseriusan suatu hubungan. Semuanya
seakan berjuta rasanya. Tergantung darimana kita mengaplikasikan apa
makna cinta yang cocok untuk kita.
No comments:
Post a Comment