Malam ini, kumerenung seorang diri. Menunggu kepastian dari sosokmu, menunggu segala hal tentang kita. Andaikan kamu tahu, disini saat ini pula aku merindukan keharmonisan sebuah hubungan. Sebuah keromantisan yang tercipta dari dua insan sijoli. Dua insan makhluk ciptaan Tuhan. Ya beginilah kehidupanku, ketergantunganku kepadamu. Menganggapmu adalah segala hal yang bisa membuatku berjuang ini itu. Namun, ketika ku mengingatmu, aku tak bisa membedakan mana seutas senyuman dan mana setetes air mata. Saat disisimu, mereka adalah dua hal yang bisa saja secara bersamaan kuutarakan.
Apa kamu pernah mendengar cerita tentang diriku yang selalu menangisimu? Menangisi hubungan kita yang entah kapan akan menuju kejelasan. Aku mengharapkanmu, mengharapkan kejelasan semuanya darimu. Hari demi hari, yang merangkap menjadi minggu demi minggu, hingga kita tak menyadari semuanya ini telah berjalan menitih bulan demi bulan untuk mencapai satu tahun. Dan tahukah diri kamu, iya kamu, jangan pandang orang lain! Aku selalu bingung membedakan amarah dan membuncahnya cinta kamu kepadaku.
Apakah harus cinta kamu ke aku, kamu hasratkan dengan suatu keamarahan? Aku mengerti, aku paham dengan sifat yang semakin hari semakin kau tunjukkan. Tapi apa aku harus selalu mendapat perlakuan ini. Aku tak tahu, apakah ini termasuk dalam kebodohanku. Mempertahankanmu, tak pernah bisa melepaskanmu. Walaupun aku tahu, kamu tak sesempurna sosok sejenismu yang lebih sering memberikan perhatian lebih kepadaku.
Setiap malam, selalu kupertanyakan pada hati kecil aku. Apa kamu tak pernah takut, untuk kehilangan aku. Apa kamu tak pernah ingin dan mempunyai impian untuk membahagiakanku. Aku tak pernah menemukan semua jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu semua. Kamu selalu berjanji kepadaku, untuk menjaga aku, untuk tak pernah mengecewakanku, namun apa? kamu selalu membuat pengingkaran atas janji kamu. Aku lelah, aku capek atas semua ketidakpastian ini. Aku butuh kamu, butuh kamu yang dulu. Aku menulis ini dengan beribu harapan, beribu harapan yang aku titipkan kepadamu. Aku terlalu yakin dengan kalimat dari berbagai kumpulan aksara yang mengatakan bahwa "Suatu Cinta Adalah Mereka Yang Berani Berkorban Untuk Bersama, Bukan Berkorban Satu Pihak". Apa bisa hubungan dan kedekatan kita ini dikatakan sebagai CINTA? jika disisi ini hanya aku yang selalu berkorban, yang selalu mengerti tentang kamu?
Aku tahu, tanpamu akupun rapuh. Melepaskanmu kuanggap sebagai hal yang mustahil. Sulit bagiku untuk membunuh segala perasaan yang membuncah dalam amarah perasaan ini. Dan aku hanya ingin kau berjanji untuk janji yang kesekian kalinya, bertahanlah disini, tatap mata aku dan berkatalah "Aku Bersungguh-Sungguh Kepadamu, Aku Takkan Pernah Meninggalkanmu"
No comments:
Post a Comment