Aku masih mencoba menunggumu duduk disini, sendirian, dalam sepi. Semua jejakmu seakan masih basah untuk terhapus oleh angin yang berhembus. Walaupun banyak sosok sejenismu yang berlalu lalang dihadapanku. Beberapa dari mereka terlihat mungkin lebih dari kamu. Waktu yang menunjukkan saat jam yang tak menentu, membuatku seakan tak merasakannya. Membuatku seakan buta dalam melihat terik matahari yang menunjukkan sebagian waktu. Semua karena kamu iya kamu.
Pertemuan pertama kita, percakapan yang begitu sederhana, namun seakan membuat ledakan dahsyat dalam hati. Pesona dari kewibawaanmu dalam berucap, itulah yang membuatku menjadi seperti ini. Pada kebersamaan kita yang mengalir tanpa banyak pertanyaan. Hari-hari baru yang kau ciptakan, tak jarang kau menggoreskan senyuman dibibir mungil ini. Kita selalu bahagia bukan? Aku percaya kamu akan menjawab "iya" , karena aku yakin kamu selalu tersenyum buat aku disana.
Aku tak mengerti, apakah segalanya yang berawal harus berakhir juga? Langkah kita yang begitu lurus dan maju, walaupun banyak liku yang menghadang, kita tetap teguh. Tapi entah, mengapa fikiranku sering mengharu biru? Aku mencari sebab dari ketakutanku itu, mencari semuanya dalam fikiran kecil ini. Aku tak tahu , aku yang berdiri sendiri disini, dan aku pula yang merasakan ketakutan sendiri ini. Aku selalu merasa takut jika perpisahan adalah langkah akhir bagi kita. Aku takut pada cerita kita yang penuh teka-teki ini, aku merasakan takut jika ujungnya tak seperti yang aku harapkan. Aku bahkan tak berani membayangkan jika kita harus (terpaksa) berpisah.
Apa yang telah kita lakukan selama rentetan bulan kebersamaan kita? Aku tak tahu, apakah aku dan kamu disebut memiliki hubungan atau tidak, karena kurasa semuanya berjalan dengan ketidakjelasan. Penyatuan kita juga belum menemukan titik temu yang pasti. Mungkinkah ini aku hanya berjuang sendirian? Atau mungkinkah hanya aku yang butuh akan kejelasan?
Aku mencintaimu. Karena ya begitulah kamu. Kamu yang sulit untuk ditebak, berbagai kemisteriusan yang selalu kau perbuat. Kamu yang begitu menggemaskan bahkan sulit untuk kujelaskan. Aku sangat amat mencintaimu, hingga waktu ini. Tetapi, sadarkah engkau ? Hari demi hari kulewati dengan berbagai pertanyaan. Apakah perasaanmu sedalam yang kuharapkan? Apakah perasaanmu seperti yang kurasakan? Aku sedikit menangkap isyarat ketakutanmu itu. Kamu selalu mengajakku bicara manis dalam untaian pesan singkat. Kamu selalu menghangatkan ditengah candaan malammu. Kasih sayangmu yang sering kau tuturkan, kecupan-kecupan kecil membuatku menggoreskan senyuman kecil.
Aku selalu takut, jika suatu saat nanti, kau begitu mudah melupakanku. Melupakan kebersamaan kita. Menyakitkan bukan jika keberadaan ku tak pernah kau anggap meskipun aku selalu hadir dalam tatapanmu? Aku berusaha semampuku untuk membahagiakanmu, menjadi semangatmu namun tampaknya semua usahaku hanyalah lalu lalang dimatamu.
Ijinkan aku untuk mengungkapkan satu hal ini kepadamu. Bahwa aku mencintaimu, aku mengasihimu dan aku selalu merindukanmu. Selamat perkenalan kita yang kesembilan. Aku selalu berdoa yang terbaik untuk KITA.
No comments:
Post a Comment