Matahari yang menyambut dunia ini dengan seringai sinarnya, menyebarkan kehangatan pagi yang tiada tara hangatnya. Menyeringai keseluruh permukaan bumi, sungguh indah. Pantai utara yang begitu indah dengan semburan warna jingga dari sang mentari langit. Gulungan ombak-ombak kecil yang bertabrakan dengan batu-batu karang kecil, menghanyutkan namun sungguh lebih tenang. Terlihat banyak sosok nelayan yang kembali pulang setelah mendapatkan ikan yang banyak, sungguh menyenangkan para anak-anak yang menyambut sang pahlawan keluarga itu pulang. Sungguh pemandangan yang indah.
Hari itu kulakukan perjalanan yang indah menuju sebuah kota yang cukup indah, ya walaupun terik matahari saat itu kurang bersahabat. Suasana yang amat sangat membuat orang mudah gerah dan capek. Matahari hari itu bersinar cukup tajam untuk membakar kulit. Mungkin hari itu merupakan hari yang tajam pula untuk diriku menemukan sosok dia. Sosok yang sama dalam tidurku semalam. Sesosok pria yang entah tak pernah kuketahui asal usul dan nama nya. Ya walaupun aku tahu kira-kira dia seumuran denganku,atau mungkin 2 tahun lebih tua dariku. Sorot mata itu seakan pernah kutemui dalam bunga tidurku semalam. Senyumnya itu bagian yang paling kuhapal. Begitu meneduhkan dan membuat ku nyaman.
Namun, siapakah sosok gerangan? Kuingin mencubit sebagian dari permukaan syarafku, apakah kurasakan sakit atau ini termasuk dari cerita berlanjut akan mimpi semalam? Ternyata bukan, kurasakan sakit atas cubitan kecil itu. Ini nyata, ini dia, ini sorot matanya, dan inilah senyuman hangat itu.
Ketika kuamati kembali wajahnya, lekukan lekukan pahatan tangan Tuhan yang sangat indah. Matanya yang indah, hidungnya yang pas sesusai dengan bentuk mukanya, dan bibirnya mengukirkan senyuman manis yang tiada tara. Pipi dan rahang yang menampakkan ketegasan. Sungguh itu pemandangan indah yang Tuhan ciptakan untuk mata yang menyapu wajah indah itu. Ataukah ini keberuntunganku menemukan sosoknya dalam mimpi lalu bertemu dengan yang asli? Hanya Tuhan yang tahu atas jawaban semua itu.
Kumelihatnya tertawa riang bersama teman-temannya menuju kesebuah tempat, tempat arena bermain yang menakutkan "Rumah Hantu". Ku coba mengikuti jejak langkah kakiku yang menyeretku mendekat kepadanya. Beberapa orang yang rela mengantri panjang hanya untuk menunjukkan keberanian semata, hantu ciptaan manusia yang didesain semenakutkan mungkin dan suara-suara misteri yang sudah dirancang sesesuai mungkin. Sungguh aneh.
Kuikuti alur langkah para pengantri didepanku, karena aku terlalu penasaran denganmu. Sosok yang sama dalam mimpiku. Sungguh suatu karunia bisa bertemu dengannya sehari setelah mimpi itu terjadi, tak butuh waktu lama, para pengantri didepanku yang intensitasnya anak-anak kecil pada mengundurkan diri membuatku semakin mendekat kepadamu. Kurasakan ada degup jantung yang sudah tak beraturan lagi. Nafas yang memburu saat aku semakin dekat denganmu. Wangi aroma parfum yang kau pakai seakan tercium dengan leluasanya oleh hidung ini dengan tajam, sungguh aroma yang begitu harum. Menunggu sangatlah menjenuhkan, apalagi bila antrean tak kunjung bergerak. Tetapi, kutemukan sorot mataku memandangku dengan malu-malu, bukan untuk sekali atau dua kali, terlalu sering aku menangkap pandangan itu. Apa kau juga tertarik untuk penasaran pula kepadaku? Entahlah
Gerak langkah kakiku yang semakin maju dan maju membuatku semakin dekat dengannya. Hingga tak sengaja tanganku menyentuh punggung tegap itu. Dan dengan sekilas dia menengok kearah belakang, dia melihatku. Aku yakin disitu aku pasti sangat merah padam karena malu.
"Maaf aku enggak sengaja" kataku sekilas untuk segera menutup rasa malu itu
"Oh no problem enggak papa" jawabnya sungguh teduh dan diiringi dengan lengkungan senyum itu, senyum yang sangat kuhafal dari mimpi itu.
"Maaf ya" lanjutku kembali langsung menundukkan kepala
Dia hanya membalas dengan seutas senyuman yang membuat degup jantung dan nafas ini memburu tak beraturan. Sungguh kurasakan getaran aura yang hebat darinya.
Dia membalikkan pandangannya menuju depan lagi, dan sayangnya aku dan dia dibagi atas rombongan yang berbeda. Namun entah aku kurang tahu, selesai dia keluar dari wahana itu. Kulihat dia duduk masih didekat wahana tersebut. Ada apa dengannya? Apakah dia menunggu sosokku? Ah itu hanyalah rasa percaya diri yang berlebihan. Kuhampiri kedua sahabatku yang sudah berjalan jauh didepanku. Dia menggantikan diriku, mencoba mengikuti dari belakang, sesekali tak sengaja kutengok, dan dia tetap berdiri dibelakang kami. Sayangnya, ada suara anak kecil memanggilnya, ku dengar samar-samar namanya Reno. Nama yang sudah dari tadi ingin kuketahui. Akhirnya kuketahui juga.
Dan mulai saat itulah, dia lebih mengikuti ke arah anak kecil tadi yang memanggilnya. Cukup kecewa aku meluhatnya. Namun itu yang membuatku semakin penasaran kepadanya. Sungguh, pria yang bertubuh tegap itu membuatku semakin penasaran. Sosok pria yang sama dengan mimpiku. Entah ini kenyataan. Kamu unknown someone yang selalu ingin kucari lebih lanjut tentangmu. Kuharapkan suatu saat nanti aku bisa bertemu denganmu lagi. Menelusuri asal-usulmu lebih detail. Kamu senyuman itu, rahang tegap itu, dan sapaan itu akan selalu aku ingat.
Hari itu kulakukan perjalanan yang indah menuju sebuah kota yang cukup indah, ya walaupun terik matahari saat itu kurang bersahabat. Suasana yang amat sangat membuat orang mudah gerah dan capek. Matahari hari itu bersinar cukup tajam untuk membakar kulit. Mungkin hari itu merupakan hari yang tajam pula untuk diriku menemukan sosok dia. Sosok yang sama dalam tidurku semalam. Sesosok pria yang entah tak pernah kuketahui asal usul dan nama nya. Ya walaupun aku tahu kira-kira dia seumuran denganku,atau mungkin 2 tahun lebih tua dariku. Sorot mata itu seakan pernah kutemui dalam bunga tidurku semalam. Senyumnya itu bagian yang paling kuhapal. Begitu meneduhkan dan membuat ku nyaman.
Namun, siapakah sosok gerangan? Kuingin mencubit sebagian dari permukaan syarafku, apakah kurasakan sakit atau ini termasuk dari cerita berlanjut akan mimpi semalam? Ternyata bukan, kurasakan sakit atas cubitan kecil itu. Ini nyata, ini dia, ini sorot matanya, dan inilah senyuman hangat itu.
Ketika kuamati kembali wajahnya, lekukan lekukan pahatan tangan Tuhan yang sangat indah. Matanya yang indah, hidungnya yang pas sesusai dengan bentuk mukanya, dan bibirnya mengukirkan senyuman manis yang tiada tara. Pipi dan rahang yang menampakkan ketegasan. Sungguh itu pemandangan indah yang Tuhan ciptakan untuk mata yang menyapu wajah indah itu. Ataukah ini keberuntunganku menemukan sosoknya dalam mimpi lalu bertemu dengan yang asli? Hanya Tuhan yang tahu atas jawaban semua itu.
Kumelihatnya tertawa riang bersama teman-temannya menuju kesebuah tempat, tempat arena bermain yang menakutkan "Rumah Hantu". Ku coba mengikuti jejak langkah kakiku yang menyeretku mendekat kepadanya. Beberapa orang yang rela mengantri panjang hanya untuk menunjukkan keberanian semata, hantu ciptaan manusia yang didesain semenakutkan mungkin dan suara-suara misteri yang sudah dirancang sesesuai mungkin. Sungguh aneh.
Kuikuti alur langkah para pengantri didepanku, karena aku terlalu penasaran denganmu. Sosok yang sama dalam mimpiku. Sungguh suatu karunia bisa bertemu dengannya sehari setelah mimpi itu terjadi, tak butuh waktu lama, para pengantri didepanku yang intensitasnya anak-anak kecil pada mengundurkan diri membuatku semakin mendekat kepadamu. Kurasakan ada degup jantung yang sudah tak beraturan lagi. Nafas yang memburu saat aku semakin dekat denganmu. Wangi aroma parfum yang kau pakai seakan tercium dengan leluasanya oleh hidung ini dengan tajam, sungguh aroma yang begitu harum. Menunggu sangatlah menjenuhkan, apalagi bila antrean tak kunjung bergerak. Tetapi, kutemukan sorot mataku memandangku dengan malu-malu, bukan untuk sekali atau dua kali, terlalu sering aku menangkap pandangan itu. Apa kau juga tertarik untuk penasaran pula kepadaku? Entahlah
Gerak langkah kakiku yang semakin maju dan maju membuatku semakin dekat dengannya. Hingga tak sengaja tanganku menyentuh punggung tegap itu. Dan dengan sekilas dia menengok kearah belakang, dia melihatku. Aku yakin disitu aku pasti sangat merah padam karena malu.
"Maaf aku enggak sengaja" kataku sekilas untuk segera menutup rasa malu itu
"Oh no problem enggak papa" jawabnya sungguh teduh dan diiringi dengan lengkungan senyum itu, senyum yang sangat kuhafal dari mimpi itu.
"Maaf ya" lanjutku kembali langsung menundukkan kepala
Dia hanya membalas dengan seutas senyuman yang membuat degup jantung dan nafas ini memburu tak beraturan. Sungguh kurasakan getaran aura yang hebat darinya.
Dia membalikkan pandangannya menuju depan lagi, dan sayangnya aku dan dia dibagi atas rombongan yang berbeda. Namun entah aku kurang tahu, selesai dia keluar dari wahana itu. Kulihat dia duduk masih didekat wahana tersebut. Ada apa dengannya? Apakah dia menunggu sosokku? Ah itu hanyalah rasa percaya diri yang berlebihan. Kuhampiri kedua sahabatku yang sudah berjalan jauh didepanku. Dia menggantikan diriku, mencoba mengikuti dari belakang, sesekali tak sengaja kutengok, dan dia tetap berdiri dibelakang kami. Sayangnya, ada suara anak kecil memanggilnya, ku dengar samar-samar namanya Reno. Nama yang sudah dari tadi ingin kuketahui. Akhirnya kuketahui juga.
Dan mulai saat itulah, dia lebih mengikuti ke arah anak kecil tadi yang memanggilnya. Cukup kecewa aku meluhatnya. Namun itu yang membuatku semakin penasaran kepadanya. Sungguh, pria yang bertubuh tegap itu membuatku semakin penasaran. Sosok pria yang sama dengan mimpiku. Entah ini kenyataan. Kamu unknown someone yang selalu ingin kucari lebih lanjut tentangmu. Kuharapkan suatu saat nanti aku bisa bertemu denganmu lagi. Menelusuri asal-usulmu lebih detail. Kamu senyuman itu, rahang tegap itu, dan sapaan itu akan selalu aku ingat.
No comments:
Post a Comment