Saturday 5 July 2014

Setelah Delapan Belas Bulan

Untuk pria yang bertatapan tegas, berbadan gagah, dan romantis..


Terimakasih untuk delapan belas bulan penuh warna-warni, penuh mendung, hujan bahkan pelangi. Penuh tanda tanya bahkan misteri. Terimakasih untuk segala percakapan manis dalam setiap pesan singkat kita, dalam setiap sambungan sosial media, dalam setiap tawa meskipun aku pernah merasa enggan kepadamu. Terimakasih untuk semua kisah-kisah baru, yang menjadikanku semakin lengkap menjadi perempuan yang begitu tegar. Terimakasih kamu pernah mampu untuk bertahan disini, membiarkan aku membangun segala mimpi-mimpi baru, walaupun pada akhirnya aku mungkin tak sadar; semua hanyalah sebuah angan belaka.

2 September 2012. Tak pernah ku sedikitpun membayangkan ini. Godaanmu yang kian lama kian ku gubris dengan hangat dan syahdu. Beberapa percakapan yang kian lama kian intens dalam pesan singkat maupun pesan pribadi facebook. Kau menyapaku dengan kata "Dek.." yang kubalas dengan beberapa balasan hingga berbagai emoticon senyum bertebaran dalam pesan pribadi itu. Yang hingga akhirnya berujung pada tukar nomor handphone. Kembang api dan petasan lebaran seakan mendampingi ku didalam hati. Setiap jentikan jemariku pada keypad handphone maupun laptop kian bersemangat untuk membalas semua pesan mu. Bahkan kita saling bertebaran beberapa cerita, walaupun kau masih bersamanya, menceritakan kisahmu dengan kisahnya yang semakin tak membaik. Begitu pula aku yang pernah merasakan hal itu. Pada saat itu, kita saling membuat janji, saling mencoba untuk menyembuhkan, yang berkolaborasi didalam sunyi, hingga membentuk semua mimpi-mimpi. Aku semakin terbuai dan terlena dalam kehadiranmu. Rasanya aku tak ingin perkenalan ini dibatasi oleh ruang dan waktu. Rasanya aku ingin semuanya tidak berjalan begitu instan, atau kalau boleh aku berharap, aku ingin kau abadikan dalam sejengkal nafasmu.

Aku tahu, kita berbeda dalam banyak hal. Kamu cenderung dewasa, sedangkan aku cenderung seperti anak TK yang mudah meledak-ledak. Kamu tak begitu menceritakan banyak hal, sementara aku pun mencerocos dari A hingga Z walaupun kadang aku menceritakan semuanya dalam diam bahkan dalam beberapa tulisan yang kuimbangi dengan beberapa kejahilan. Aku mengetahui sayang, untuk mengungkapkan rasa sayang kita dengan media yang berbeda, kau dengan romantisnya kamu bahkan kau iringi dengan candaan lucu kamu, namun, aku hanya bisa mengungkapkannya dengan segala media tulisan. Kita terasa lengkap walaupun penuh beda. Kehadiranmu telah kuanggap berbeda dengan pria-pria yang lainnya, yang hanya membisikkan mimpi dan membuatku untuk tertidur semakin lelap. Ku pernah yakin kamu tidak begitu Sayang, kau dengan begitu pelan-pelan mengetuk pintu hatiku, menanyakan sang pemiliknya dan menyodorkan bunga mawar yang begitu indah, namun tak kusadari bahwa itu penuh duri yang menyakitkan.

Semua berjalan begitu indah, apa yang kubayangkan bahwa aku yang bukan wanita siapa-siapa ternyata layak untuk mendampingimu, walaupun dalam hari-hari tersebut, semua sifat aslimu mulai muncul. Kau tak lagi seindah bunga di taman, kau mulai layu, bahkan kau mulai busuk. Lama-kelamaan aku bahkan tak terlintas dimatamu. Mungkin kau pikir aku hanya akan menjadi tempat persinggahan yang asyik. Sementara aku, selalu mengharapkanmu untuk tidak sekedar singgah, namun tinggal dan tidak akan pergi.


Iya, mungkin ini yang aku bilang berharap terlalu tinggi. Salahku telah menginginkan semua lebih dari sekedar teman bercanda atau tempat singgah. Salahku yang berharap kau beda dengan pria-pria lain yang akan mewujudkan semua bisikan mimpi ini. Sayangnya, sayang, ada jarak yang memisahkan kita. Aku tak tahu jarak itu berbentuk apa, tapi aku merasa kita kian makin menjauh. Entah bagaimana dulu kau bisa merenggut semua perhatianku tanpa sisa, semua cintaku tanpa sisa. Kamu sudah menjadi satu-satunya meskipun kamu hanya memperlakukanku sebagai salah satunya. Sayang, luka karena aku terlalu mencintaimu ini awalnya tak terasa perih, namun semakin aku ingin mengenalmu, semakin aku ingin berada disisimu, disitulah aku merasa kita semakin jauh.

Setelah delapan belas bulan kita bersama, melalui semua musim dalam satu tahun lebih. Melampaui hujan, badai, terik matahari hingga sempat menikmati pelangi bahkan senja yang begitu indah. Dan rasanya, aku perlu mendeklarasikan ini, membuat sebuah peringatan kecil, bahwa kamu pernah hadir dan hanya singgah. Meskipun hingga sekarang kau hanya datang dan pergi, datang kembali dan pergi lagi. Setidaknya kamu pernah ada, membuat serentetan cerita. Serta membawa sesuatu yang aku pikir itu cinta sejati. Membawa sesuatu yang berujung luka. Aku masih pernah ingin menungguimu menjadi yang hangat dan ramah itu kembali, bukan yang dingin, yang sengaja memberi jarak, kamu yang tak sadar betapa aku begitu menggilaimu, mencintaimu. Tapi apa? semua telah berakhir, andaikan rasa rindu dan kenangan ini ikut berakhir, namun tidak.

Hingga pada akhirnya, aku harus mengakui semuanya, semua telah berakhir dan menyisakan beribu kenangan yang penuh goresan, canda tawa bahkan cerita bahagia terkubur dalam-dalam di dalamnya. Mungkin hanya ucapan, selamat untukmu, yang pernah kusebut "LELAKI KU" telah menemukan sesosok makhluk yang kau anggap sempurna, walaupun nyatanya sempurna tak pernah ada di dunia yang fana ini, sempurna hanyalah ungkapan dalam berbagai cerita cinta dalam novel. Tapi pilihanmu tak bisa ku tuntut, akhirnya aku telah menemukan, dimana akhirnya kamu tak lebih baik dari pria-pria lain, kau sama. Kau membisikkan semua mimpi dengan indah, dan memaksaku untuk tetap terlelap dalam jangka waktu yang panjang.

dari mantan perempuan
yang pernah kau janjikan kebahagiaan
dan pernah kau janjikan komitmen

1 comment: