Hari demi hari, bukanlah hal yang mudah untuk kujalani bersamamu. Berhembuskan angin yang semilir namun kadang penuh dengan suasana haru panas. Aku dan kamu, dua insan didunia ini yang dipertemukan dalam garis dunia.Aku dan kamu yang mulai mencoba untuk merajut indahnya cinta. Namun, apa kamu sadar, hal ini semakin membuatku merasakan takut itu kembali. Ketakutan yang pernah aku alami waktu dahulu. Berulang kisah itu seakan terputar dengan mirisnya dalam otak ini. Aku takut hal yang pernah membuatku seakan tak berguna ini terulang. Semua angan dan mimpiku telah kupercayakan kepadamu.
Mungkin perkenalan kita memang bukanlah waktu yang singkat. Kamu berbeda dengan yang lainnya, sederhana, kamu apa adanya, misterius dan begitu sulit untuk ditebak. Kadang kau memberikan kebahagiaan yang bisa menggelora seluruh aroma cinta didalamnya, namun kau tak pernah lupa untuk menghempaskan seketika mungkin semuanya dengan bulusnya. Itu sakit. Air mata seakan menjadi derai lembut untuk mengirinya. Apakah benar bahwa cinta itu tak selamanya harus memiliki? Apakah itu alasannya Tuhan menciptakan seorang jodoh, sehingga kita dapat mencintai dan memilikinya?
Semua itu terlalu cepat untuk kubicarakan. Karena aku, sudah berada didepan matamu. Didepan hiruk pikuk ketakutan. Aku tak mengerti apakah semua itu butuh ujung dan akhir? Apakah terang dan gelap itu tak pernah bisa padu menjadi suatu kebahagiaan suci? Aku merasakan takut dengan semua teka-teki ini. Sulit untuk kutebak, bahkan aku takut untuk menebaknya. Aku takut jika akhirnya semua tak seperti keinginanku, semua berbeda dari angan yang telah kutata begitu urut.
Apa kamu pernah merasakan ketakutan yang aku rasakan? Apakah aku pernah menjadi alasan atas tangismu? Apakah aku pernah menjadi alasan akan senyumanmu? Semua itu seakan ambigu. Semuanya sekan memenuhi otakku, tanpa jawaban atas kepastian.
Namun, aku hanya ingin kamu menjadi senja dalam jinggaku, kemanapun kamu pergi disitu terdapat aku. Senja terlalu identik dengan jingga, walaupun aku tau jingga tak selalu menjadi senja. Namun, aku akan berjanji menjadi jingga senjamu.
Namun, semua pertanyaanku seakan terjawab malam ini. Sekarang kita hanyalah dua insan yang berbatas kenangan, bukan impian. Sakit, nangis, lemah, pedih hanya itu yang dapat aku perjuangkan sebelum kau menghilang tanpa mengetahui apa yang kurasakan kepadamu. Aku hanyalah siburuk rupa tak ada apanya bila dibandingkan dengan kamu, aku tak terlalu cocok untuk menjadi pendampingmu. Tetapi, mengapa kau berikan keindahan awal dan kesakitan diakhir? Aku mengerti menjalin hubungan bukanlah segampang mengerjakan soal matematika anak kelas 1 SD. Soal yang kamu dan aku fikir itu terlalu gampang, namun apakah untuk anak seusia 4tahun bisa ? Tidak kan ?
Aku mulai memahami apa permintaanmu. Mungkin aku yang terlalu khawatir dengan kita. Yah, kita yang sekarang hanyalah berbatas dengan kenangan. Aku harap semoga kamu tak pernah mencariku kembali, membuat urusan denganku ataupun dengan hatiku kembali. Kamu hanyalah KENANGAN TERINDAH bagiku. Semoga bahagia untukmu disana...
No comments:
Post a Comment